Balada Amuk Rahwana



Balada Amuk Rahwana
Gian Bakti Gumilar
I
Harum pinus menjerit dalam
lengkingnya berderit panjang
Juga memar-memar rindu ini
yang membuat Rahwana Gulana

II
Manis, Tak mampu kumengeja hadirmu lagi
Aku memang tak setampan Narcissus
yang menatap Jonquil di atas telaga
Tapi kenapa kau memicingkan mata?
Dalam nanar jiwa bisa kulumat
remah-remah dunia yang bangsat ini!


Kau ialah oase di terik Sahara
Aku hanya musafir yang lara
Tapi kenapa kau telan aku jua
Menyisakan ingatan-ingatan usang
kian lama kian tiada.
Jika kau mau ‘kan kugilas
semua epigram Rama!

Memang semua dalam hidupku ironi
Namun haruskah hatiku
yang tak seburuk rupaku
Kau campakkan pula?!

Shinta merenung
Lamat-lamat memandang Rahwana
Dalam gelora mata indahnya
Ia lecutkan mantra:
Kita ini pionir sejarah
Rekayasa waktu fana
Mulailah mengerti.
Gamanglah Rahwana
Pergilah Shinta.

III
Elang-elang bondol menukik
Harum pinus memudar
menjadi pekat aroma mawar
Sandikala seolah tak penat
Menghibur Rahwana
Tangisnya membuat kawah mendidih
mencipta kaldera pucat
Rahwana meraung
Sebelum dadanya tertembus panah
Merupa jantung merupa hati
Berlarilah ia sekonyong-sekonyong
Menjemput Shinta terjun ke dalam api.

Cimahi, 27 Januari 2016

 sumber: piknikasik.com

Puisi ini termuat dalam Antologi Puisi Goresan Hati

Comments

Post a Comment

Popular Posts