Menunggu Hujan
sumber:kerangrebus.com |
24 Oktober 2015
Menunggu
hujan, mungkin ialah pekerjaan kebanyakan orang saat ini. Di selatan Andalas
dan beberapa tempat di Borneo: asap yang menghalangi mata kian lama kian
menyesakkan dada. Sekolah-sekolah diliburkan disana, orang-orang sudah lelah
menghirup udara lewat penutup muka.
Jarak pandang sangat terbatas, bahkan hanya sekedar untuk bertegur sapa, tak membiarkan rindu menembus pekatnya asap yang membumbung. Adakah masih surya di sana? Mungkin, tapi berkas sinarnya seolah debu tertiup angin. Benarlah firman Allah Swt. dalam kitab-Nya, siapakah yang akan menurunkan hujan selain Dia?
Jarak pandang sangat terbatas, bahkan hanya sekedar untuk bertegur sapa, tak membiarkan rindu menembus pekatnya asap yang membumbung. Adakah masih surya di sana? Mungkin, tapi berkas sinarnya seolah debu tertiup angin. Benarlah firman Allah Swt. dalam kitab-Nya, siapakah yang akan menurunkan hujan selain Dia?
Indonesia negara Archipelago
terbesar di dunia, tentu saja negara yang memilki bibir pantai terpanjang pula.
Maka masalahnya bukan air laut yang tidak menguap atau awan mendung yang tidak
terbentuk. Tapi adakah desau angin yang rela membawa kondensat air hujan kepada
titik api yang begitu membaranya? Bukankah tanah gambut itu terbakar akibat
bunga-bunga api yang terbang yang sejatinya diangkut oleh angin pula? O angin,
aku selalu mengagumimu, kau selalu punya pilihan, mau kemana dan apa yang
kaubawa. Tak perlu kau berteriak atas jalanmu, karena kau tahu hal yang hanya
bisa dilakukan oleh seyogyanya angin. Benarlah Allah Swt. berfirman dalam
kitab-Nya, siapakah yang dapat membujuk angin bergerak patuh jika bukan Dia?
Comments
Post a Comment